Smiley

9:30:00 PM
0
#Beemoslem Edited
Ani Budi dan Ibunya
daftarhtkaskus.blogspot.com
Facebook memang sering bikin rame sesuatu hal. Hari ini jagad per-pesbuk-an lagi rame merayakan hari Ibu. Banyak yang publish note, yang kueren abis dan yang lainnya keren. Kalau aku sih ndak bisa bikin note yang keren gitu. Ndak pernah diajarin sih sama Emak. Tambahan Emak juga ndak bakal cek update statusku. Emak kan bukan Mom's yang gaul abis atau sosialita. Yang juga ndak masuk dalam friend list-ku di pesbuk.

Tengoklah sekarang, 17.++ Waktu Indonesia Batam yang lalu aku sedang sibuk mengutak-atik label. Setting kanan setting kiri... Sampek puyeng ndak jelas XX keliling. Urusan Firmware barang dagangan elektronik harus selalu di-upgrade, sudah versi V1.1F. Potensi serangan virus-virus memang tidak bisa diremehkan. Emak ndak ngajarin yang seperti ini lah. Dari jaman masih bayi ampek gede. Lah bagaimana juga mau ngajarin, Emak ndak pernah lihat printer yg aneh itu. Emakku cuma lulus SD. Ngelamar jadi Operator manufaktur aja ndak masuk itungan. Apalagi harus ikut jadi tukang ngeprint label...

Emak ndak pernah kuliah, wong saban hari juga rajin ke sawah. Biarpun pernah ngenger di rumah Pak Lurah Dongkol, paling ngertinya cuma masalah dapur. Meskipun Emak termasuk salah satu saksi pilkades yang memenangkan Pak Lurah tempat Emak ngenger. Ndak ngeh masalah politik. Yang penting nyoblos bintang. Karna dulu PPP lambangnya ka'bah. "Umat islam itu harus sering-sering menghadap ka'bah. Tiap hari shalat. Kan ngadep ka'bah," ujar Emak. Buka excel?? Ah, mana bisa. Tapi Emakku ahlinya memutar 'slide show' sejarah masa laluku. Dari lahir sampe gede...

Ah, Emak memang ndak bertanggung jawab. Di suruhnya kita kesana kemari cari ilmu. Sedang Emak cuma ngajari membaca dan menulis. Dibelinya kamus bahasa inggris buat aku, tapi Emak ndak pernah bisa ucap kata 'through' kecuali aku melafalkannya.

Ah, sudahlah. Memang Emak tak pernah direncanakan untuk hidup di jamanku. Jaman gombalisasi mukijo. Emak memang didesign untuk menyatu dengan desa, dengan sawah. Emakku Farm Engineer yang mendapat ijazah dari alam. Wajar kalau Emak cuma bisa ngajari cara mencangkul. Atau menyiangi gulma atau cara merontokkan padi dengan 'gepuk-an'. Satu lonjor besi seukuran dua meter atau sekiranya.
  
Cukup sadar kalau aku harus berbangga. Punya seorang Emak lulusan SD yang sukses mengantarkan anaknya ke jenjang kuliah. Emak memang hebat, teman yang tak tergantikan. Meskipun kadang agak nyeleneh juga apa yang diajarkan. Emak ndak malu mengajari anak lakinya masak. Tapi coba kalau Emak dulu ndak ngajari aku baca 'ini ibu budi'. Pasti aku ndak bakal lulus TK hanya dalam waktu 3 bulan... (Wong pihak manajemen TK saja ndak mengakui). Coba kalau aku ndak diajari masak.. Mana mungkin aku bisa cepat belajar hidup mandiri. 

Coba kalau Emak tidak pernah kasih do'a mantranya buat aku. Apalah jadinya awak sang pemimpi ini.
Sekarang pun, apalah daya untuk membalas pemberian Emak sang Jagoan. Bahkan polahku masih pongah pada dunia. Angkuh di atas rapuh... Tak mampu mengelak dari manisnya godaan materialis. Ah, jika saja bertani di desa cukup dengan sebatang pulpen. 

0 Komentar:

Posting Komentar