Smiley

8:17:00 AM
0
Saling Pandang dengan Budak KecilPulang ke Desa. Kali ini melewati jalan yang berbeda dari biasanya, memilih jalur hijau yang lebih jauh. Penasaran dengan ujungnya nanti, dengan petunjuk arah, ''jalan alternatif ke Kediri.'' Pagi ini udara terasa begitu segar. Meskipun mulai terasa hangat di sepanjang jalan besar yang sudah diramaikan oleh truk pengangkut barang dengan ukuran berkali - kali lipat dari ukuran matic yang aku pacu. Tapi begitu masuk ke wilayah jalur alternatif ini udara mendadak dingin. Masuk juga sampai ke pinggang, brrr. Hah, banyak sekali oksigen hijau yang aku hirup. Seolah sedang memasang oxygen inhaler gratisan. Hmmm, Indonesia Raya.

Jalan masih lengang, sesekali berjumpa dengan rombongan remaja berseragam yang bersepeda. Nampak semangat, seperti semangatku untuk tetap stabil di angka 80. Remaja penuntut ilmu itu berderet dua, memaksaku untuk memutar kembali masa yang lalu. Begitu berani menganggap jalan raya seperti kepunyaan pribadi, sambil bercanda. Yah, meskipun Aku dulu lebih banyak menghabiskan waktu dengan nggandhol mikrolet (angkutan pedesaan, red). Sambil deg - degan saat angkutan ngebut dan melewati tanjakan. Duh nekat juga.

---

Belum juga kegiatan senam pagi di kantor disdukcapil itu selesai, Aku sudah tiba di jalan Pamenang. Yah, ternyata jalan itu menuju tempat yang sama. Jadi ingat beberapa waktu yang lalu harus putar balik ke jalan Kusuma Bangsa karena nyasar. Cepat juga, padahal belum habis lamunan yang tadi sempat melintas. Berkendara di jalan lengang persawahan seperti itu memang menyenangkan. Dan waktu terasa makin cepat saja, mungkin karena terlalu banyak imajinasi yang tiba - tiba muncul di kepala. Jumlah waktu memang selalu sama, 24 jam sehari. Tidak kurang tidak bertambah. Tetapi apa yang kita rasakan menjadikan waktu itu begitu berharga.

Sesuntuk apapun masa - masa sekolah, kesenangan untuk belajar begitu tertanam dalam memoriku. Sering hadir dalam mimpi - mimpi acak tanpa makna. Saat itu kita tidak perduli tentang banyak hal kecuali belajar. Dan bisa berbuat nakal tanpa banyak pertimbangan. Benar - benar masih terasa, setiap udara dingin saat pagi berangkat ke sekolah. Begitu membekas, dan memiliki nilai. Rupanya memang tidak bisa dinafikan, kekhawatiranlah yang telah merampok waktu. Senjata halus yang sering menikam manusia, padahal pagi tetap indah. Dan senja tetap hangat. Kalaupun hari ini mendung, tidak selamanya awan berada di sana. Mungkin awan itu singgah sebagai pengingat atau penguji.


---

E-ktp sudah selesai, siang ini lanjut jenguk Bibi ke RS Gambiran dan lanjut pacu ke Surabaya. Lengkap dengan hari ini, dengan jalur hijau yang tidak menyengatkan panas. Hembus angin pun bisa dianggap tidak kencang, bisa diabaikan karena tidak mengandung angka signifikan. Relatif terhadap kesegaran fikiran yang Aku dapat. Nikmat perjalanan kali ini, seperti nikmatnya pinggang yang dibaluri Balsem Otot setelah lelah mencangkul di sawah. Semoga menjadi penguat untuk berpindah dari status quo.

End.


0 Komentar:

Posting Komentar