Smiley

6:00:00 AM
0
Menerima Diri

Dalam sebuah dictionary, saya mendapatkan definisi tentang self esteem. Bahwa kepercayaan diri terhadap kelebihan dan kemampuan pribadi (Oxford Dictionary), self-respect. Menilai secara positif terhadap kelebihan diri sendiri. Albert Ellis, founder dari REBT (Rational Emotive Behaviour Therapy) memberikan penekanan lain sesuai adanya. Yaitu, secara mendalam, self esteem terpengaruh oleh pendapat orang lain. Seperti deskripsi jelasnya, "I like myself because I do well and I am approved by others."

Bagaimana jika kita tidak selalu baik dalam melakukan hal. Kadang kita tidak sengaja memecahkan gelas karena gugup. Atau kita menemukan banyak kesalahan ketik dalam laporan kerja karena kurang tidur. Padahal kita sudah berusaha untuk tetap fokus dan sehat. Ada saja dalam keseharian kita yang tidak berjalan sesuai dengan rencana. Semakin hari hal negatif ini yang justru naik ke permukaan. Kemudian menimbulkan banyak sentimen dari orang lain.

Begitu hidup kita, semakin turun rating kita. Self-esteem sebagai seorang manusia adalah kewajaran. Perasaan diterima di dalam lingkungan sangat penting, dan sering menjadi ambisi. Membawa kita justru pada arah kebalikan, yaitu menjadi orang lain. Kepura - puraan. Topeng - topeng kecil yang menjadi kebiasaan. Citra diri yang tidak orisinil. Meskipun kita tidak menafikan diri untuk membiasakan sesuatu yang positif untuk prestasi. Namun kecenderungan untuk selalu dapat diterima, akan semakin membuat kita menderita. Seperti meminum air laut, tidak pernah akan puas. Karena kita telah membuat dan mengancam diri sendiri untuk selalu menaikkan rating. Kejar tayang.

Konsep psychological well-being memberikan titik berat dalam self-acceptance karena mampu membantu kita memandang secara positif kelebihan dan kekurangan diri. Menambah kesabaran dalam menjalani proses kehidupan, yang memang tidak selalu mulus dan positif. Tetapi sikap kita yang selalu positif terhadap diri yang jauh lebih penting. Ada banyak pelajaran dalam kegagalan, bukan. Kita tidak perlu menjadi orang lain untuk dapat selalu diterima. Meskipun kita selalu berusaha untuk menjadi baik di mata orang lain.

Nilai yang tinggi dalam dimensi self-acceptance memberikan indikasi bahwa seseorang telah mampu mengaktualisasikan diri dalam lingkungannya, dewasa dan mampu mengambil banyak pelajaran dari masa lalu. Lebih mementingkan untuk menjalani proses kehidupan di depan mata. Memandang masa lalu sebagai kaca spion yang kecil namun tetap penting. Dan hal ini akan tetap menajdi pekerjaan rumah selama perjalanan hidup kita.

0 Komentar:

Posting Komentar