Smiley

3:30:00 PM
0
Dalam banyak kasus improvement yang pernah #Beemoslem lakukan, ketika menjadi enggineer, berkaitan dengan time-motion study. Terutama dalam menyajikan operation standard untuk operator yang rata-rata berpendidikan menengah/kejuruan. Meskipun sudah dibuat dalam bilingual, tetap saja lembaran instruksi kerja tersebut membosankan di mata mereka. Hingga tak jarang, kertas lusuh itu menjadi benda paling dicari saat ada kesalahan.

Psikologi Pikiran
#Beemoslem
Padahal, tidak jarang mereka ikut dipotret saat pengambilan sequence, meski hanya sekedar tangan bersarung. Ya, kadang sebagai bonus, harus juga merelakan waktu untuk mengambil gambar mereka. Tidak mudah menghasilkan OS, demikian biasa disebut di tempat saya dulu. Waktu yang tersedia untuk duduk manis di depan komputer sangat terbatas. Sekira waktu antara pukul 18:++ - jam lembur pertama habis. Apalagi pada saat proyek masih dalam tahap initial stage, baru jalan. Pernah juga jadi penerjemah bahasa jepang/china dadakan dengan bantuan google.

Peliknya pekerjaan ini tersebab seorang engineer, seperti saya, kadang tidak begitu menguasai bidang human factor/ergonomic. Memang, tidak mudah dalam memahami hal-hal yang berhubungan dengan kognitif para operator. Belum lagi tambahan faktor sensitif dari makhluk berjenis kelamin perempuan. Harus sabar dan telaten menghadapi curhatan mereka yang merasa kesulitan mengikuti instruksi. Kalem ...

Dalam kajian Ergonomi, memang banyak hal yang harus dipahami. Mulai dari Product design, Error prevention, Usability, Cognitive operation, User experience, dan Computer-aided interface. Standard Amerika memasukkan faktor tersebut sebagai human factor psychology. Kesulitan utama dari penerapannya adalah penentuan standard, yang kadang tercampur dengan kepentingan engginer. Orang produksi biasa meminta turun-tawar dalam mendesain efektifitas standard karena membutuhkan citra atau alasan yang baik.

Dalam kasus pengalaman #Beemoslem, OS adalah hukum. Yang dijadikan dasar dalam mengatasi permasalahan, namun demi asas produktifitas harus terus diperbaiki. Jadi, hukum progresif yang sering kembali kepada pembuat hukum sebagai kesalahan. Sebagai pengengah antara departemen produksi dan quality. Jembatan terhadap nilai produk dan produktifitas, ujung-ujungnya menciptakan sesuatu dengan biaya minimal.

Itulah mengapa, pekerjaan dalam bidang manufaktur ini menjadi bagian paling menantang dalam struktur organisasi. Atau, mungkin juga pekerjaan yang paling membutuhkan suntikan tenaga. Saya masih ingat dalam sebuah meeting, "OS itu harus dibuat agar orang paling bodoh di perusahaan ini dapat melakukannya tanpa kesalahan." Sayangnya, hingga ajal kontrak perusahaan yang saya jalani, belum pernah ditemukan orang bodoh itu.

Kajian psikologi dalam memahami aspek kognitif adalah bagian terpenting dalam setiap pengembangan yang kami lakukan. Tidak jarang, berkumpul tim dari produksi, quality, dan ME (manufacturing engineer) memerankan sandiwara untuk diadu skill dalam assembly. Dan seringnya, kecepatan, ketepatan, dan kerapian selalu menjadi catatan buruk bagi engineer (ME, pen). Jadi sudah tepat jika orang bodoh yang membuat OS.

Aspek psikologi dalam meramu instruksi ada dalam setiap pengamatan terhadap operator. Dalam setiap pengalaman interaksi mereka dengan desain perakitan. Inilah rupanya kompromi keberhasilan yang menjadi kunci. Sehingga kami dapat menemukan cara paling sederhana dalam melakukan proses perakitan. Untungnya, rata-rata operator adalah perempuan yang cenderung teliti dan telaten. Jadi, ada dugaan jika kesalahan dalam menyusun OS adalah karena engineer terpesona kepada gerak-gerik indah dari para operator. Just kidding!

0 Komentar:

Posting Komentar