Smiley

7:00:00 AM
0
Pernah dikisahkan dalam sebuah kajian, yang entah dimana, ada seorang hambaNya yang baik. Dia berdoa agar Allah memberikan rezeki yang tanpanya ia tidak perlu bekerja. Diulang-ulangnya do'a itu berharap ijabah dari Allah. Hingga kemudian dia lupa kepada keinginannya itu, meski mungkin masih tetap bermunajat untuk rezeki yang cuma-cuma tanpa usaha.

Syahdan, suatu hari datanglah fitnah menghampiri hamba yang baik itu. Fitnah yang tidak bisa dikalahkan olehnya, dan membawanya ke penjara. Dalam sebuah penjara yang dijamin dengan potongan roti tiga kali sehari. Merasa sengsara dengan hidupnya di penjara yang terasing, hamba itu melakukan penolakan dalam munajatnya. Betapa Allah tidak pernah mendengar doanya, bahkan menghadiahkan jeruji besi atas keshalihannya selama ini.

Tahukah ia, bahwa Allah sedang mengabulkan do'anya. Hamba yang baik itu meminta sepotong rizki dari langit tanpa berusaha. Maka Allah pun memikirkan cara untuk mengabulkan. Dan, bukankah dengan menempatkan hamba itu di dalam hotel prodeo adalah yang paling dekat? Dengan doa yang ia panjatkan, tiga potong menu tiga kali sehari, gratis. Dari pengelola penjara yang tidak akan membiarkan tahanannya mati kelaparan. Walaupun, tentu dia tidak dapat memilih menunya sendiri.

Itulah Allah, Tuhanmu, yang memiliki sunnah. Maka terkadang kita yang tidak siap dengan caraNya. Seperti saat terjadi serangan hari yang sepi. Gundah gulana karena rindu, yang mengikut cinta. Ya, penyakit asmara yang telah menjadi kisah sejak awal mula. Merah jambu yang tidak pernah permisi mengetuk hati, dan memaksa tinggal di dalamnya. Dan seketika hati dikuasainya.

Virus Merah Jambu
kisahislam.net

Kita pun rela dan ikhlas meminta kepadaNya, tentang seseorang itu. Yang menurutNya adalah bersama sunnah saat kita diciptakan. Tentu yang paling baik yang ingin Dia sandingkan dengan kita. Tetapi, kita sudah terlalu fokus pada seseorang yang namanya kita sebut saat meminta. Tak heran jika mata kita juga tertutup oleh layar merah muda itu. Bisa jadi Allah sudah punya calon sendiri untuk kita.

Lalu siapa? Orang yang mungkin sering mengernyitkan dahi karena kita menunda shalat, mungkin. Atau mereka yang selalu berseru, "ah, belum shalat." Semacam peringatan halus yang tulus. Dan tidak juga mereka yang menundukkan pandangannya bahkan ketika kita mematut untuknya. Mungkin saja, kan. Atau yang dengan sangat terpaksa mengingatkan dengan keras untuk 'menutup' aurat. Walaupun sudah diniatkan untuknya, indah dan lembutnya kulit yang harus tersembunyi itu.

Jangan-jangan dialah yang sering penasaran dengan apa yang kita dengar dari lirik-lirik yang menghiasi kegalauan kita. Kemudian mengirim kode rahasia tentang bait-bait Quran melalui kata pepatah. Dan sangat mungkin dia adalah orang yang sembunyi-sembunyi mengingatkan kita untuk berobat dengan Quran. Memang sudah cobaan, jika kita tidak faham dengan caraNya. Satu hal yang patut dicoba dalam sebuah kerahasiaan, saat bertemu dengan 'tersangka cinta' itu adalah memintanya kepada Allah. Tepat saat kita berada di hadapannya. Karena Allah, akan tiba-tiba saja menyambung sebuah benang kepada hatinya.

Jangan meremehkan yang ini, ya. Jika pun dia abai dengan gerakan magnet dari doa itu, dia yang rugi. Bukan kita yang telah mengirim sinyal. Karena Allah telah memilih kita untuknya dengan mengabulkan doa itu, namun dia acuh tak acuh. Seperti apa yang telah diabaikan oleh penulis Serangan Virus Merah Jambu ini yang telah mengabaikan sebuah tarikan magnet yang besar, sampai empat kali. Duh, sungguh keras kepala atau telah buta oleh cinta, ya. :-)
#Beemoslem


Ketika lirik-lirik syair menambah gelisah, sedang bait-bait Quran menenangkan. Ketika cinta Sang Kekasih dipertanyakan, sedang kasihNya tanpa hitungan. Maka, tambahkan dosis obat bagi hati yang gelap itu. Obat hati yang lima perkara. Itu mungkin mengapa, tiada pernah kita dengar, "Mawaddah, Rahmah, wa Sakinah." Dia menghendaki ketenangan, dan seketika sunnahnya bergerak.

0 Komentar:

Posting Komentar