Smiley

9:00:00 PM
0
#maruahmarch2018

Aurat gue bukan urusan lo!



Maaf ya, Kakak #feminisindonesia. Kalau saya jadi ikutan gemas dengan aksi Kakak. Namun saya juga tidak ingin mendebat, sebaliknya mencoba memahami lebih dalam. Seperti nasihat kakak, "yang penting pesan tersampaikan dulu terlepas dari pro dan kontra. Sudah itu baru kita duduk diskusi di meja yang sama."

Salut, Kak. Suara teman peuang #feminisme di Indonesia dalam gerakan di bulan maret ini cukup menohok pikiran bebal kami. Kami memang terlihat dungu ketika berusaha me-negasi Anda yang sudah jago ilmu komunikasi. Tentang argumen-argumen yang lewat di beranda sosmed kami. Kelompok Anda memang lebih tinggilah levelnya dalam setiap perdebatan.

Sudah saya petik pesan Anda, "fokuslah pada pendampingan korban kekerasan perempuan, bukan menyalahkan." Setuju saya, Mah. Ngapain kita sibuk mengurusi aurat korban pelecehan seksual, -yang ternyata dalam kasus terbanyak di Indonesia, para korban sedang berpakaian sopan?! Dan mengapa kita menghakimi perempuan yang sedang mengalami #traumaticmoment seolah kita melihat tingkah genit mereka sebelum kejadian yang tidak diinginkan itu terjadi secara nyata.

Harusnya, Ya... Jom kita telisik kepada pelakunya. Yang mungkin tampak sopan dan humanis, sehingga setelah babak belur dipukuli, -jika ketahuan. Tetangganya mengenal Si Pelaku sebagai sosok yang agamis, loh. Atau setelah di penjara, orang sama mengumbar betapa dermawan mereka, -para predator itu, kepada kaum perempuan di sekitarnya. Betapa pengasih sikap penjahat kelamin itu kepada kanak-kanak perempuan, terlihat kebapakan. Oh, Ya. Lupa, Kak. Apakah mungkin ada data dari para pelaku yang terekam jejak digital mereka saat berselancar di dunia maya? Bahwa mereka itu hobi menghujat perempuan yang buka aurat atau justru punya koleksi photo syur dalam ukuran terabyte. Bahwa mereka ini rajin menyalahkan korban atas kelakuan genitnya ketika berdebat di depan layar digital.

Kakak-kakak pejuang sudah menyuarakan solusi, "kendalikan otak yang porno, deh!" "Potong birahinya, deh!" Atau, "jangan urusi aurat kami," juga bisa menjadi pemecah masalah! Atau, "jangan menikahkan anak gadis, itu jahat!" bisa meredam kasus pelecehan. Bagaimanapun, memberi pendidikan adalah suara terbaik yang saya tangkap dari aksi di parkiran Sari Pan Paacific itu.

Sekira 1400-an tahun yang lalu, Kak. Kalau sempat Kakak cari di google, -catcalling aja ada!- di sebuah kebudayaan jahiliyah justru lahir solusi lengkapnya. Lebih dari pemikiran kerdil yang sudah diterlukan oleh kelompok Anda. Dibawa oleh seorang lelaki, -yang seharusnya diuntungkan oleh budaya overpower terhadap perempuan, buta huruf! Di zaman itu, perempuan yang baru lahir saja sudah jadi masalah, dibesarkan atau dikubur hidup-hidup. Istri-istri dapat diwarisi oleh anak-cucu, atau jadi komoditi rampasan perang. Janda-janda dapat dipertukarkan secara bebas atau jadi aib yang diumbar.

Solusinya tidak sebatas aurat, tetapi juga bagaimana lelaki harus menjaga pandangannya. Jika tidak kuasa menahan, disarankan untuk menikah. Agar ketika muncul godaan dapat kembali kepada istri. Bila tidak atau belum mampu dalam nafkah, maka solusinya adalah berlapar-lapar puasa. Untuk mengekang birahinya, bukan terus saling "memahami" dalam pacaran, loh! Solusinya juga tentang tanggung jawab lelaki. Bukan sembarangan menikahi lusinan perempuan, -yang bisa jadi salah satunya adalah Ibu atau saudara mereka sendiri. Jika ada kelebihan harta, boleh menikah dengan paling banya banyak 4 orang perempuan. Tanpa paksaan, dan jika karena suatu hal terjadi ketidakcocokan setelah menikah harus ada mut'ahnya. Terlepas sudah digauli atau belum disentuh. Juga solusinya terhadap lelaki yang khianat, didera hingga mati. Karena telah menikah namun berlaku zina. Ya, perusak perempuan harus dimatikan karena mereka telah merusak bangsa.

Ayo, Kak. Cari tahu, deh! Dalam masa kebudayaan patriarki tersebut ada nama perempuan dalam daftar jihadis yang paling awal. kokoh berjuang dalam iman, dan menginspirasi lelaki di jamannya. Ada perempuan bergelar Singa Betina Merah di dalam barisan ketentaraan kaum muslimin. Bukan sekedar tenaga medis, tetapi juga meregang nyawa ikut menebaskan pedang. Ada saudagar perempuan kaya raya yang hidup dalam kemiskinan dunia di akhir hayatnya. Demi ikut berjuang mendukung Suaminya dalam membawa risalah Islam. Dan ada Ulama, guru, ahli hukum, doktor ilmu islam, bernama 'Aisyah. Seorang perempuan cerdas yang dididik langsung oleh manusia paling mulia di dalam bingkai pernikahan. Yang secara tidak langsung, Kakak-kakak juga menuduh Beliau ﷺ sebagai sosok REMPONG yang suka meributkan aurat PEREMPUAN! Seperti Kakak-kakak yang juga curiga terhadap ulama yang istiqomah menasehatkan perempuan untuk segera MENIKAH!   
Lanjut
Paling Baru
Posting Lama

0 Komentar:

Posting Komentar